Tulisan ini merupakan bagian kedua dari tulisan sebelumnya. Jika belum membaca tulisan sebelumnya silahkan klik disini.
Pelajaran selanjutnya dari sya’ir di atas adalah jangan sampai kita menyia-nyiakan waktu. Jangankan setahun atau sebulan, sedetik waktu yang telah berlalu tidak akan kembali lagi. Padahal waktu yang sangat berharga ini jika dimanfaatkan akan menjadi amal yang berguna bagi dunia dan akhirat. Bahkan jika kita lihat perbedaan antara orang yang sukses dan yang gagal salah satunya adalah perbedaan dari cara mereka memanfaatkan waktu. Ya, waktu yang sama 24 jam sehari semalam. Coba menjelang tidur kita flashback apa saja yang kita lakukan sejak bangun tidur sampai menjelang tidur, apakah lebih banyak waktu yang terbuang percuma ataukah banyak dimanfaatkan dengan amal baik? Apakah semua yang kita telah kerjakan sudah didasari dengan niat yang baik?
Siapa yang tidak tahu David Beckham?. Mantan super star Manchester United dan Real Madrid ini terkenal dengan tendangan bebasnya yang akurat. Becks –panggilan akrabnya- saat menjadi pemain muda di MU selalu menambah jam latihannya, setiap malam dia berusaha berlatih menendang bola ke dalam sebuah ban bekas yang digantung. Dia memanfaatkan waktunya saat orang lain beristirahat. Hasilnya seperti yang kita tahu sekarang ini. Mungkin ada tahu Ibrahim Elfiky, seorang motivator kondang kelas dunia yang sukses. Dulu dia hanyalah seorang tukang cuci piring di restoran. Tapi karena memanfaatkan waktunya untuk lebih banyak belajar, hingga akhirnya dia saat ini menjadi milyader.
Demikian juga dengan hamba-hamba Allah yang taat. Mereka meluangkan sebagian waktu malamnya untuk bertahajud, mendekatkan diri dan asyik bermunajat pada Tuhannya memohon berbagai kebaikan untuk dunia dan akhiratnya saat orang lain terlelap di alam mimpi. Imam Syafi’I adalah contoh yang baik dalam membagi waktunya, 24 jam dalam sehari, beliau membagi waktu malamnya menjadi 3 bagian, sepertiga untuk menulis, sepertiga untuk istirahat (tidur) dan sepertiga lagi untuk beribadah malam. Waktu siangnya jangan ditanya lagi, beliau adalah da’i sekaligus pencari ilmu sejati.
Melalui tulisan ini mari kita sama-sama belajar untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi dengan menjaga dan menyempurnakan niat juga berusaha sekuat tenaga untuk memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin, mumpung sehat, mumpung ada kesempatan dan mumpung masih ada umur..
“Tidak akan beranjak kedua kaki anak Adam di hari kiamat nanti sebelum ditanya tentang 4 hal : Tentang umurnya untuk apa ia habiskan, masa mudanya untuk apa ia gunakan, hartanya dari mana dia peroleh dan kemana dia belanjakan, dan ilmunya, apa yang telah diamalkannya.” (HR. Tirmidzi)
Khat ‘Arudly Dan Taf’ilah Syi’ir
لاني
0/0/ فعلن |
سررنوإع
0//0/0/ مستفعلن |
عبفي
0/// فعلن |
ونحننل
0//0// مفاعلن |
داني
0/// فعلن |
لينلجدي
0//0/0/ مستفعلن |
كيفيب
0//0/ فاعلن |
أماترا
0//0/0/ مستفعلن |
طاني
0/0/ فعلن |
ليستبأو
0//0/0/ مستفعلن |
طاا
0//0/ فاعلن |
فإننأو
0//0// مفاعلن |
رفها
0/// فعلن |
دنياوزخ
0//0/0/ مستفعلن |
ن إلد
0/// فعلن |
لاتركنن
0//0/0/ مستفعلن |
واني
0/0/ فعلن |
حابوإخ
0//0/0/ مستفعلن |
رتأص
0/// فعلن |
تغررككث
0//0/0/ مستفعلن |
تفلا
0/// فعلن |
قبللمما
0//0/0/ مستفعلن |
سكمن
0/// فعلن |
وعمللنف
0//0/0/ مستفعلن |
Analisis Bait Syi’ir
Bait-bait pada syair di atas dinamakan dengn bait qith’ah yaitu syair yang terdiri dari 3 sampai 6 bait. Jika ditinjau dari bagian-bagian baitnya, syi’ir di atas dinamai dengan bait tam, yaitu bait yang lengkap semua bagian-bagiannya walupun terkena zihaf dan illat. Dan bisa juga dinamai dengan bait mursal atau mushmit (bait ketiga dan keempat). Jika dilihat dari sisi taf’lahnya, kita bisa mengetahui bahwa syi’ir ini termasuk dalam bahar basith dengan ‘arudl makhbunah atau membuang huruf kedua yang berharakat sukun dari taf’ilah فاعلن maka berubah menjadi فعلن, dharabnya maqthu’, karena disana ditemukan ‘illat naqsh, yaitu qatha’ atau membuang sukun watad majmu’ dan mensukunkan huruf sebelumnya dari taf’ilah فاعلن, kemudian menjadi فاعل dan digantikan dengan فعلن.
Pada bait syair di atas terdapat 2 zihaf. Yaitu khabn مستفعلن yang berubah menjadi متفعلن,kemudian digantikan menjadi مفاعلن dan juga khabn فاعلن, yaitu membuang huruf sukun kedua dari فاعلن, kemudian berubah menjadi فعلن.
Khabn مستفعلن ditemukan pada taf’ilah pertama dari ‘Ajz bait kesatu dan kedua. Sedangkan Khabn فاعلن ditemukan pada taf’ilah kedua dari ‘ajz bait pertama dan ketiga dan pada taf’ilah kedua shadr bait kedua dan ketiga.
Analisis Qafiyah
Qafiyah pada bait syair di atas terdiri dari sebagian kata, yaitu : لاني, طاني, واني. Huruf Nun berharakat dengan majra kasrah disebut rawi muthlaq. Huruf mad (ya) berfungsi untuk mengisyba’kan harakat rawi yang dinamakan dengan washal. Adapun huruf alif berharakat sukun sebelum huruf nun disebut ridf. Harakat fathah pada huruf-huruf sebelum ridf disebut hadzwu fathah. Nama qafiyah pada pada syi’ir di atas adalah mutawatir, yaitu adanya satu huruf hidup diantara dua huruf mati.
* Ilustrasi gambar dari google search